Praktikum Ekologi Hewan : "Vermikomposting"

    Halo sobat lingkungan,kembali lagi bersama saya Ardian.Di kesempatan ini,saya akan bercerita kembali mengenai praktikum Ekologi Hewan yang sudah saya lakukan,topik selanjutnya yang akan saya bahas adalah "Vermikompos" yang masih berhubungan dengan sebelumnya tipe respon hewan karena masih menggunakan cacing tanah.Nah,apa sih vermikompos itu?.Oke,menurut Setiawan et al (2015) vermikompos merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing tanah. Dalam proses dekomposisi bahan kompos oleh cacing tanah, hasil dekomposisi tersebut mengandung berbagai unsur hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang mendukung pertumbuhan tanaman.Dalam pembuatan vermikompos dapat menggunakan bahan-bahan seperti kotoran hewan dengan ditambahkan bahan organik lainnya seperti sisa sayuran atau ampas kopi dengan perbandingan masing-masing bahan yaitu 1:1 dan tentunya dengan bantuan cacing tanah (Lumbricus sp).Praktikum ini bertujuan untuk membuat kompos dengan bantuan cacing tanah dan mengaplikasikan kompos tersebut pada tanaman ketika sudah matang.Adapun alat dan bahan yang saya gunakan adalah sekop,wadah tempat media,karung goni,bibit kangkung,cacing tanah,sisa sayuran (kacang panjang) dan kotoran hewan.


Gambar 1. Pembuatan Vermikompos


    Pemilihan sisa sayuran sebagai bahan pembuatan vermikompos bertujuan untuk memanfaatkan kembali limbah organik yang banyak mencemari lingkungan karena menurut penelitian Purba et al (2016) sampah pasar organik jenis sayuran (seledri,kol dan sawi) biasanya diolah menjadi kompos karena sayuran jenis seledri,kol dan sawi sangat banyak ditemukan di pasar tanpa ada pengolahan.Selain itu,sayuran (seledri,kol dan sawi) juga dapat dimanfaatkan menajadi kompos yang sangat baik karena mempunyai unsur hara makro maupun unsur hara mikro yang sangat baik dan proses dekomposisinya lebih cepat.Langkah pertama yang kita lakukan dalam pembuatan vermikompos adalah mencampurkan sisa sayuran dan tanah dengan perbandingan 1:1.Langkah kedua,memindahkan sisa sayuran dan tanah yang sudah tercampur ke dalam wadah atau pot.Langkah ketiga,meletakkan cacing tanah ke dalam wadah atau pot dan ditutup rapat menggunakan karung atau plastik.Langkah terakhir,mengamati proses pembentukkan vermikompos hingga matang selama 2 minggu.




Gambar 2. Hasil Pembuatan Kompos

    Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan,pada hari pertama sampai hari ketiga pengomposan terdapat aroma busuk yang menyengat,serta kondisi tanah yang basah atau sedikit berair.Pada hari ke-4 sampai hari ke-7 aroma busuk dari kompos tidak terlalu menyengat dan kondisi tanah cukup lembab dengan sedikit penyusutan.Pada hari ke-8 sampai hari ke-11 aroma busuk tidak lagi tercium dan kondisi tanah berubah warna menjadi hitam dengan penyusutan cukup banyak dan dalam kondisi suhu yang cukup lembab.Menurut Rahmatullah (2013) ada beberapa faktor yang harus dilihat selama pengamatan pembuatan kompos seperti pH karena pada kondisi asam dapat menyebabkan hama seperti tungau dapat menjadi berlimpah dan aktivitas tanah secara konstan juga dapat meningkatkan pH pada tanah asam.Suhu lingkungan sangat berpengaruh pada aktivitas metabolisme,pertumbuhan, respirasi, dan produksi cacing.Suhu lingkungan yang ideal untuk aktivitas pertumbuhan dan saat penetasan kokon menjadi juvenil berkisar 15-25°C. Bila suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka proses fisiologis akan terganggu.
    Perlu sobat ketahui,kompos yang sudah memiliki ciri-ciri yaitu tidak berbau,teksturnya remah,berwarna kehitaman,mengandung hara yang tersedia bagi tanaman, dan kemampuan mengikat airnya tinggi.Kompos yang sudah matang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan organik bagi tanaman seperti pada gambar 2.Nah pembuatan kompos ini bisa teman-teman lakukan di rumah masing-masing ya,walaupun sisa sayuran umumnya dibuang begitu saja,tetapi dalam pembuatan kompos sangat bermanfaat lho.Demikian yang dapat saya sampaikan,mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian informasi.Salam sehat,salam lestari,dan terima kasih.




Sumber referensi :

1. Purba F,Sutrisno E,Wardana I.W.2016.Pengolahan Sampah Organik Sayuran (seledri,kol dan sawi) Dan Kotoran Kambing Menggunakan Metode Vermikomposting Skala Demplot.Jurnal Teknik Lingkungan.5(4) :1-14
2. Rahmatullah F.2013.Potensi Vermikompos Dalam Meingkatkan Kadar N Dan P Pada Pupupk Dari Limbah Tikar Pandan,Pelepah Pisang Dan Sludge IPAL PT. DJARUM [Skripsi].Semarang (ID) : Universitas Negeri Semarang
3. Setiawan I.G.P,Niswati A,Hendarto K,Yusnaini S.2015.Pengaruh Dosis Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dan Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Taman Bogo.Jurnal Agrotek Tropika.3(1):170-173


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Ekologi Hewan : "Tipe Respon Hewan"